Ada sebuah ungkapan yang bernada sindiran namun patut kita
renungkan. “Saat muda bekerja keras mengejar materi dengan
mengenyampingkan kesehatan. Saat tua menghabiskan materi demi
kesehatan.” Sungguh, jika itu yang terjadi, sangat disayangkan. Apa
artinya materi berlimpah jika kesehatan tak terjaga. Tentu, sakit yang
diderita tak kan membuat kita bahagia. Dahaga untuk menikmati
nilai-nilai keindahan dalam kehidupan tak bisa lagi tercapai.
Padahal, kita tak perlu menunggu. Nilai kebahagiaan itu sebenarnya bisa
kita cari di sekeliling dengan mudahnya. Keindahan yang melegakan dan
memberi berjuta kenyamanan ada dan bisa kita ciptakan hanya dengan
tindakan-tindakan kecil yang penuh arti. Sayangnya, justru ada yang
terjebak dalam lingkaran bernama “predikat” dan “penghargaan” yang hanya
dinilai dari segi materi dan prestasi. Tak sepenuhnya salah memang.
Namun, jika kemudian itu semua membuat kita terkungkung dalam upaya tak
berkesudahan yang berujung pada ungkapan bernada sindiran tadi, apa
jadinya hidup ini?
Karena itu, cobalah kita kembali renungkan, apa yang sudah dan akan
kita lakukan dalam hidup. Sebab, kadang kala, hanya dengan mengubah
sudut pandang pada kehidupan, kita melihat banyak keindahan yang selama
ini barangkali terlewatkan.
Barangkali, sedikit rahasia sederhana yang remeh-temeh berikut ini bisa
menginspirasi kita untuk mendapatkan kebahagiaan yang kita cari selama
ini…
1. Ubah sudut pandang saat menghadapi masalah
Barangkali, jika belum terbiasa, hal ini cukup sulit dilakukan.
Mendapat kesusahan, kok malah disuruh mencari nilai positifnya. Tapi,
saat emosi sudah mulai stabil akibat adanya masalah, cobalah sesekali
lihat dari sudut pandang yang berbeda. Sebab, meski tak langsung, sering
kali yang dulu dianggap masalah, ternyata di kemudian hari malah jadi
berkah.
“Oh, kemarin aku kalah tender, ternyata ada masalah di balik tender
itu.. untung aku bukan yang menang..”, “Hmm.. ternyata waktu aku
dimarahin bos tempo hari, ternyata memang aku harus koreksi. Terbukti,
berkat dimarahin itu sekarang malah aku dapat nilai positif dan segera
ditawari naik posisi…”
2. Cobalah cari solusi, bukan mencari-cari kesalahan
Tak jarang, saat menghadapi halangan, kita justru sibuk mencari-cari
siapa yang salah. Padahal, akan jauh lebih efektif jika kemudian kita
berusaha mencari solusi. Dengan begitu, masalah segera usai dan pikiran
pun lebih tenang.
3. Dengarkan musik yang menenangkan
Emosi dan jiwa akan lebih tenang jika mendengarkan musik atau lagu yang
jadi kesenangan. Karena itu, terapi musik saat ini sudah banyak
dimanfaatkan untuk meredam stres. Pilih musik atau lagu yang sesuai
dengan memberikan nuansa rileks.
4. Sisihkan waktu sejenak untuk membaca artikel penyemangat
Kadang, tulisan ringan yang berisikan nilai-nilai positif bisa sangat
membantu untuk membuka cakrawala berpikir agar selalu merasa bahagia.
Karena itu, carilah bacaan, baik fiksi maupun non fiksi, yang bisa
benar-benar memberikan pencerahan.
5. Cobalah tonton film-film komedi
Tertawa merupakan salah satu terapi penenang yang akan mendatangkan
kebahagiaan. Karena itu, cobalah cari film-film atau drama komedi yang
bisa memancing tawa lepas. Nikmatilah dan lepaskan semua beban dengan
tawa.
6. Lihatlah apa yang sudah kita kerjakan, dan bukan yang belum kita lakukan
Memang, saat tugas menumpuk, kadang beban pikiran pun jadi bertambah.
Kerjakan saja satu per satu. Selesaikan satu per satu. Setelah itu,
jangan lihat apa yang belum selesai. Namun, sedikit bersantai sejenak
dengan “menikmati” apa yang sudah dikerjakan. Jika pikiran sudah tenang,
barulah melangkah kembali untuk menyelesaikan semua tanggung jawab.
7. Berilah hadiah kecil untuk prestasi yang kita capai
Prestasi yang dicapai bukan harus besar. Menyelesaikan sebuah pekerjaan
yang tadinya terasa sebagai beban pun adalah sebuah prestasi. Nah, saat
itu, hadiah kecil seperti misalnya, makan dan minum di café berkelas,
sedikit akan memberi nuansa lain terhadap apa yang sudah kita lakukan.
Atau, misalnya, kita bolehkan diri nonton film yang disukai saat sudah
melaksanakan tugas yang jadi pekerjaan.
8. Buatlah orang lain bahagia setiap saat
Membuat orang lain senang dan bahagia serta kemudian tersenyum
karenanya merupakan salah satu hal yang membahagiakan kita juga.
Membantu membawakan buku bagi orang lain, menawarkan membuat kopi untuk
rekan kerja, menceritakan lelucon yang mengundang tawa, semua hal kecil
tersebut juga akan membuat kita bahagia.
9. Bergaul dengan orang yang selalu terlihat ceria
Kita akan menjadi seperti lingkungan kita. Karena itu, saat melihat ada
kawan yang selalu terlihat ceria dan bahagia, dekati dan pelajari,
bagaimana ia bisa selalu terlihat riang gembira.
10. Perbanyak tersenyum
Menurut berbagai penelitian, senyuman akan mengaktifkan hormon-hormon
dalam tubuh yang membawa suasana menyenangkan dan menentramkan. Karena
itu, perbanyaklah lekukan ke atas di bibir kita. Dengan begitu, selain
tampak ceria dari wajah kita, dalam diri pun kita akan selalu memiliki
dorongan untuk memperoleh kebahagiaan.
11. Usir semua pikiran negatif dan ganti pikiran positif
Perhatikan pikiran kita. Jangan biasakan memiliki pikiran-pikiran buruk
dalam diri kita. Segera ganti dengan pikiran positif setiap saat ketika
pikiran buruk mulai datang di benak kita.
Rabu, 14 Oktober 2015
Apa yang Kita Cari Dalam Hidup Ini ?
Apa yang kita cari dalam hidup ini? Hampir bisa dipastikan,
setiap orang mempunyai jawaban yang beragam. Ada yang mengejar nama,
jabatan, pangkat, ada pula yang menyebut kebahagiaan sebagai tujuan
utama. Namun tak jarang, ada pula yang masih bingung tak tahu apa yang
dicarinya dalam hidup. Bagaimana dengan Anda sendiri?
Jika merasa termasuk orang yang masih belum tahu apa yang dicari dalam hidup, barangkali kita perlu mencoba untuk melihat sejenak ke belakang. Apakah yang telah dan sedang kita lakukan adalah hal yang memang kita nikmati atau malah sebaliknya, kita rasakan sebagai sebuah paksaan? Kalau merasa sebagai sebuah paksaan, siapa sebenarnya yang memaksa? Pendapat orang lain—misalnya soal materi yang belum sesuai harapan—hingga keinginan dikenang sebagai “seseorang”? Jika hal semacam itu adalah yang kita cari akibat “paksaan”, mungkin sudah saatnya kita mencoba menelaah apa yang benar-benar kita cari dalam hidup.
Menurut saya, kata “mencari” adalah sebuah kata kerja aktif. Artinya, kita memang tak bisa berhenti di sebuah pencarian saja. Ungkapan tersebut—terlepas dari ajaran agama dan kepercayaan apa pun—sebenarnya mengajarkan kita untuk terus mencari apa yang menjadi “misi” dalam hidup. Apa pun peran kita saat ini, di sanalah kita bisa melakukan pencarian. Sehingga, saat yang hadir adalah “paksaan” bernama status yang kita kejar sebagai sebuah pencarian, maka kita akan bisa segera menemukan kembali titik keseimbangan yang kita cari.
Sehingga, saat kita merasa belum nyaman dengan apa yang kita jalani saat ini—akibat “paksaan”—kita bisa terus mencari apa sebenarnya “tugas” kita dalam hidup. Saat kita saat ini sedang mendapati peran sebagai seorang pengusaha, kita bisa terus mencari usaha apa yang paling memberi kemanfaatan bagi kita sendiri dan bagi orang lain. Saat kita mendapati peran sebagai seorang guru, maka akan menjadi guru seperti apa kita bisa terus mengeksplorasi materi apa yang harus kita berikan untuk mencetak generasi terbaik. Saat kita menjadi seorang pejabat pemerintah, kita pun bisa terus melakukan pencarian, untuk apa jabatan tersebut diamanahkan. Dan bukan sebaliknya, mencuri kesempatan di tengah kepercayaan yang diberikan.
Tentu, semua itu tak semudah membalik telapak tangan. Karena itulah, proses pencarian ini adalah sebuah kata aktif yang membuat kita seharusnya terus bergerak dinamis dengan segala yang telah, sedang, dan akan kita kerjakan. Ibarat naik sepeda, untuk menemukan titik keseimbangan, kita harus selalu bergerak. Ke mana? Inilah tugas kita untuk terus mencari dan mengisi kehidupan.
Mari teruskan langkah. Bahkan, di saat kita masih ragu apakah yang sedang kita “cari”. Sepanjang kita mau melangkah, terus bergerak, mau berjuang, niscaya akan banyak pencarian yang—sadar atau tidak—akan membentuk kita jadi insan yang penuh kemanfaatan. Dan, saat itu telah tercapai, apa pun yang kita cari, di sanalah “kompas” kehidupan akan mengantarkan kita pada kebahagiaan sejati.
Jika merasa termasuk orang yang masih belum tahu apa yang dicari dalam hidup, barangkali kita perlu mencoba untuk melihat sejenak ke belakang. Apakah yang telah dan sedang kita lakukan adalah hal yang memang kita nikmati atau malah sebaliknya, kita rasakan sebagai sebuah paksaan? Kalau merasa sebagai sebuah paksaan, siapa sebenarnya yang memaksa? Pendapat orang lain—misalnya soal materi yang belum sesuai harapan—hingga keinginan dikenang sebagai “seseorang”? Jika hal semacam itu adalah yang kita cari akibat “paksaan”, mungkin sudah saatnya kita mencoba menelaah apa yang benar-benar kita cari dalam hidup.
Menurut saya, kata “mencari” adalah sebuah kata kerja aktif. Artinya, kita memang tak bisa berhenti di sebuah pencarian saja. Ungkapan tersebut—terlepas dari ajaran agama dan kepercayaan apa pun—sebenarnya mengajarkan kita untuk terus mencari apa yang menjadi “misi” dalam hidup. Apa pun peran kita saat ini, di sanalah kita bisa melakukan pencarian. Sehingga, saat yang hadir adalah “paksaan” bernama status yang kita kejar sebagai sebuah pencarian, maka kita akan bisa segera menemukan kembali titik keseimbangan yang kita cari.
Sehingga, saat kita merasa belum nyaman dengan apa yang kita jalani saat ini—akibat “paksaan”—kita bisa terus mencari apa sebenarnya “tugas” kita dalam hidup. Saat kita saat ini sedang mendapati peran sebagai seorang pengusaha, kita bisa terus mencari usaha apa yang paling memberi kemanfaatan bagi kita sendiri dan bagi orang lain. Saat kita mendapati peran sebagai seorang guru, maka akan menjadi guru seperti apa kita bisa terus mengeksplorasi materi apa yang harus kita berikan untuk mencetak generasi terbaik. Saat kita menjadi seorang pejabat pemerintah, kita pun bisa terus melakukan pencarian, untuk apa jabatan tersebut diamanahkan. Dan bukan sebaliknya, mencuri kesempatan di tengah kepercayaan yang diberikan.
Tentu, semua itu tak semudah membalik telapak tangan. Karena itulah, proses pencarian ini adalah sebuah kata aktif yang membuat kita seharusnya terus bergerak dinamis dengan segala yang telah, sedang, dan akan kita kerjakan. Ibarat naik sepeda, untuk menemukan titik keseimbangan, kita harus selalu bergerak. Ke mana? Inilah tugas kita untuk terus mencari dan mengisi kehidupan.
Mari teruskan langkah. Bahkan, di saat kita masih ragu apakah yang sedang kita “cari”. Sepanjang kita mau melangkah, terus bergerak, mau berjuang, niscaya akan banyak pencarian yang—sadar atau tidak—akan membentuk kita jadi insan yang penuh kemanfaatan. Dan, saat itu telah tercapai, apa pun yang kita cari, di sanalah “kompas” kehidupan akan mengantarkan kita pada kebahagiaan sejati.
Langganan:
Postingan (Atom)