Apa yang kita cari dalam hidup ini? Hampir bisa dipastikan,
setiap orang mempunyai jawaban yang beragam. Ada yang mengejar nama,
jabatan, pangkat, ada pula yang menyebut kebahagiaan sebagai tujuan
utama. Namun tak jarang, ada pula yang masih bingung tak tahu apa yang
dicarinya dalam hidup. Bagaimana dengan Anda sendiri?
Jika merasa termasuk orang yang masih belum tahu apa yang dicari dalam
hidup, barangkali kita perlu mencoba untuk melihat sejenak ke belakang.
Apakah yang telah dan sedang kita lakukan adalah hal yang memang kita
nikmati atau malah sebaliknya, kita rasakan sebagai sebuah paksaan?
Kalau merasa sebagai sebuah paksaan, siapa sebenarnya yang memaksa?
Pendapat orang lain—misalnya soal materi yang belum sesuai
harapan—hingga keinginan dikenang sebagai “seseorang”? Jika hal semacam
itu adalah yang kita cari akibat “paksaan”, mungkin sudah saatnya kita
mencoba menelaah apa yang benar-benar kita cari dalam hidup.
Menurut saya, kata “mencari” adalah sebuah kata kerja aktif. Artinya,
kita memang tak bisa berhenti di sebuah pencarian saja. Ungkapan
tersebut—terlepas dari ajaran agama dan kepercayaan apa pun—sebenarnya
mengajarkan kita untuk terus mencari apa yang menjadi “misi” dalam
hidup. Apa pun peran kita saat ini, di sanalah kita bisa melakukan
pencarian. Sehingga, saat yang hadir adalah “paksaan” bernama status
yang kita kejar sebagai sebuah pencarian, maka kita akan bisa segera
menemukan kembali titik keseimbangan yang kita cari.
Sehingga, saat kita merasa belum nyaman dengan apa yang kita jalani
saat ini—akibat “paksaan”—kita bisa terus mencari apa sebenarnya “tugas”
kita dalam hidup. Saat kita saat ini sedang mendapati peran sebagai
seorang pengusaha, kita bisa terus mencari usaha apa yang paling memberi
kemanfaatan bagi kita sendiri dan bagi orang lain. Saat kita mendapati
peran sebagai seorang guru, maka akan menjadi guru seperti apa kita bisa
terus mengeksplorasi materi apa yang harus kita berikan untuk mencetak
generasi terbaik. Saat kita menjadi seorang pejabat pemerintah, kita pun
bisa terus melakukan pencarian, untuk apa jabatan tersebut diamanahkan.
Dan bukan sebaliknya, mencuri kesempatan di tengah kepercayaan yang
diberikan.
Tentu, semua itu tak semudah membalik telapak tangan. Karena itulah,
proses pencarian ini adalah sebuah kata aktif yang membuat kita
seharusnya terus bergerak dinamis dengan segala yang telah, sedang, dan
akan kita kerjakan. Ibarat naik sepeda, untuk menemukan titik
keseimbangan, kita harus selalu bergerak. Ke mana? Inilah tugas kita
untuk terus mencari dan mengisi kehidupan.
Mari teruskan langkah. Bahkan, di saat kita masih ragu apakah yang
sedang kita “cari”. Sepanjang kita mau melangkah, terus bergerak, mau
berjuang, niscaya akan banyak pencarian yang—sadar atau tidak—akan
membentuk kita jadi insan yang penuh kemanfaatan. Dan, saat itu telah
tercapai, apa pun yang kita cari, di sanalah “kompas” kehidupan akan
mengantarkan kita pada kebahagiaan sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar